Dewasa ini para wanita telah menyadari bahwa kecantikan tidak hanya terfokus pada kecantikan luar atau fisik saja. Daya tarik seorang wanita bukan lagi dilihat dari seberapa baik fisiknya, atau seberapa pandai ia berpakaian. Lebih dari itu, aspek kecantikan dalam atau biasa disebut dengan inner beauty telah banyak menyita perhatian para wanita. Sebaliknya, sifat buruk atau pribadi buruk juga telah banyak disadari dapat mengurangi kecantikan diri karena cantik yang sempurna adalah paduan antara cantik luar dan dalam.
img pexels.com
Sejatinya akhlak menempati tempat utama dalam jiwa seseorang, yaitu sebagai sarana untuk menuju kebahagiaan dunia maupun akhirat. Inner beauty seorang perempuan dipengaruhi oleh kebaikan akhlak yang dimilikinya, dan untuk mencapainya adalah dengan cara menghindari kebiasaan buruk. Imam Ghazali mengatakan bahwa akhlak yang baik itu bisa dicapai dengan cara menghilangkan semua kebiasaan buruk yang telah diatur oleh syariat.

Mengetahui akhlak buruk apa saja yang dapat merusak inner beauty sangatlah penting karena dengan pengetahuan itu maka kita dapat menghindari akhlak-akhlak tercela. Pada bagian berikut ini akan dibahas satu persatu tentang macam-macam akhlak tercela.

Maksiat Zahir

Maksiat merupakan pelanggaran terhadap syariat yang dilakukan oleh orang mukalaf, yaitu seorang muslim dewasa dan berakal sehat. Maksiat zahir adalah maksiat yang bersumber dari anggota badan atau fisik dikala melakukan perbuatan dosa. Adapun maksiat zahir atau maksiat lahir yang termasuk dalam kategori akhlak tercela ada beberapa macam bagian. Di antaranya adalah:
1. Maksiat Lisan, adalah maksiat dengan perantara lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat, berlebih-lebihan dalam berbicara, berkata kotor, mencaci maki, melaknat, menghina, berdusta, dan semua hal yang berujung pada keburukan.
2. Maksiat Tangan, adalah maksiat yang bersumber dari tangan, seperti mencuri, merampok, merampas hak orang lain, mengurangi timbangan, dan segala hal yang bertentangan dengan syariat.
3. Maksiat Mata, yaitu menggunakan mata untuk hal-hal yang diharamkan, seperti melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya, melihat orang lain dengan pandangan menghina, melihat kemungkaran tanpa berusaha untuk amar makruf nahi mungkar.
4. Maksiat Telinga, yaitu menggunakan telinga untuk perbuatan tercela, seperti gibah, mendengarkan orang yang mengumpat dan lain sebagainya.
5. Maksiat kaki, yaitu menggunakan kaki untuk tujuan tercela, seperti mendatangi tempat-tempat maksiat untuk tujuan yang diharamkan.

Perbuatan maksiat di atas jelas sangat bertentangan dengan sifat seorang muslimah, yaitu senantiasa menjaga dirinya dari perbuatan maksiat yang dapat mendatangkan dosa. Selain itu, banyak di antara perbuatan maksiat di atas yang akan merugikan orang lain sehingga mendatangkan kebencian seperti mencuri, mengumpat, berkata kotor, dan hal-hal buruk lainnya. Seorang muslimah yang terhindar dari perbuatan kotor inilah yang senantiasa terlihat menawan karena sifatnya yang mulia.

Marah (Ghadhab)

Marah atau emosi yang berlebihan merupakan tabiat manusia. Artinya sangat wajar apabila manusia pasti pernah merasakan kemarahan dalam dirinya. Oleh karenanya, yang terpenting bagi kita sebagai manusia adalah bagaimana kita bisa mengendalikan marah dan melakukan cara yang tepat untuk mengelola kemarahan.

Marah merupakan keadaan dimana seseorang berada pada kondisi emosi yang muncul akibat serangan atau ancaman, baik secara fisik maupun verbal, pengekangan, ketidak-sesuaian antara keinginan dan kenyataan, rasa kecewa dan frustasi. Adapun reaksi yang muncul saat seseorang merasa marah adalah berdebarnya jantung, aliran darah yang meningkat, kulit wajah yang merah padam dan disertai dengan perasaan ingin membalas atau menghilangkan apa yang menjadi penghambat keinginannya.

Bagi siapa pun sifat suka marah-marah atau suka emosi merupakan sifat buruk yang perlu dihindari agar hubungan sesama manusia senantiasa harmonis. Tak terkecuali bagi perempuan, seorang perempuan yang suka marah jelas menjadikan orang yang berada di sekelilingnya merasa kurang nyaman. Ia terkesan bagaikan perempuan yang keras, galak dan menakutkan. Jelas hal ini bertolak belakang dengan sosok perempuan yang digambarkan sebagai makhluk lembut dan berkepribadian feminism.

Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis pernah menasehati seseorang untuk tidak marah.
أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ ﷺ: أَوْصِنِيْ، قَالَ: لَا تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا؛ قَالَ: لَا تَغْضَبْ
“Ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Saw., ‘Berilah aku wasiat’. Beliau menjawab, ‘Engkau jangan marah!’ Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Saw. bersabda: ‘Engkau jangan marah!’.” (HR al-Bukhari).

Sering marah juga dapat memberikan efek negatif pada wajah dan bisa menyebabkan cepat tua. Kenyataannya orang yang marah raut wajah akan mengerut dan hal ini lama-kelamaan akan menyebabkan kerutan di wajah. Wajah yang berkerut sangat identik dengan orang yang sudah tua sehingga menyebabkan keadaan tua sebelum umurnya.

Di samping memberi efek buruk pada kecantikan, marah juga dapat menyebabkan efek negatif pada kesehatan. Marah mampu memacu hormon adrenalin yang dapat memacu denyut jantung dan memaksa jantung untuk melakukan tugas yang berat. Dr. Elaine Eaker mengatakan bahwa marah membantu pembentukan atrial fibrillation yang berpengaruh pada percepatan denyut jantung. Kondisi ini mampu memicu timbulnya stroke jantung kewalahan mengelola darah. Dalam jurnal Brain Behavior and Immunity disebutkan bahwa pria yang bertemperamen buruk memiliki resiko penyakit jantung, diabetes, dan hipertensi yang lebih tinggi.

Dendam

Dendam bisa muncul akibat masalah yang tidak terselesaikan atau seseorang tidak puas dengan penyelesaian masalah yang akhirnya terpendam menjadi dendam. Dendam juga bisa terjadi akibat marah yang berlebihan. Imam Ghazali mengatakan:
“Ketahuilah kemarahan itu apabila tetap meluap-luap karena memang tidak dapat melenyapkannya seketika, maka ia masuk kedalam hati dan terus bergejolak dalam hati, sehingga akhirnya menjadi dendam.”

Islam memberikan nasihat kepada umatnya agar mereka tidak menjadi pendendam. Islam mengajarkan agar manusia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Sebaliknya, mereka disuruh membalas kejahatan dengan kebaikan agar tidak terjadi kejahatan berikutnya. Rasulullah Saw. bersabda:

“Janganlah mendatangkan bahaya pada orang lain dan janganlah mendatangkan bahaya pada orang lain dengan maksud balas dendam.” (HR. Ibnu Majah).

Dendam merupakan penyakit hati yang bisa mengurangi kecantikan pribadi seorang muslimah karena dapat mendatangkan berbagai keburukan. Hal ini dikarenakan sifat dendam menuntut seseorang untuk hidup dengan tujuan membinasakan orang lain yang ia dendam. Segala perbuatannya tidak lain adalah untuk mengalahkan orang yang ia dendam. Ia senantiasa menyimpan rasa hati yang berlebihan dan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain. Orang yang dendam, akan melakukan keburukan lain karena ia lebih suka membuka aib, bahkan menghasut untuk memuaskan rasa dendamnya.

Sombong (Takabur)

Sombong atau takabur merupakan salah satu sifat yang hampir pasti ada dalam diri semua manusia. Baik orang kaya maupun miskin, alim maupun bodoh, laki-laki maupun perempuan, sifat ini sedikit banyak pasti ada. Sombong bisa dipahami sebagai sifat membanggakan diri sehingga menganggap orang lain kecil dan lupa akan semua anugerah yang didapat pada hakikatnya adalah milik Allah.
Biasanya wanita yang cantik wajahnya mudah dihinggapi sifat sombong karena dengan kecantikannya ia bisa saja menganggap rendah wanita yang kurang cantik. Ia mudah terlena dan membanggakan kecantikannya. Ia tidak menyadari bahwa kecantikan yang dimilikinya sebenarnya merupakan hal yang fana dan tidak abadi. Kesombongan inilah yang menjadikan dirinya memiliki hati yang buruk sehingga percuma saja wajahnya cantik tapi hatinya sombong.

Mengapa kesombongan dapat mengurangi kecantikan? Tentu saja dengan kesombongan seorang wanita akan merasa ingin selalu dipuji. Ia menganggap rendah orang lain sehingga ia merasa dirinyalah yang paling unggul. Orang lain tidak pantas untuk melebihi dirinya.

Ia lebih suka menonjolkan dirinya sendiri. Apapun dalam dirinya merupakan sebuah kebanggan yang tidak boleh didapatkan oleh orang lain. Jelas sifat ini akan mendatangkan keburukan-keburukan lain seperti iri hati, dendam dan lain sebagainya.

Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. mengingatkan betapa besarnya dosa sebuah kesombongan hingga mampu menghalangi seseorang masuk ke dalam surga.
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
"‘Tidak akan masuk surga orang yang masih memiliki sikap sombong di dalam hatinya walau seberat biji sawi.’ Maka ada seorang sahabat yang bertanya pada beliau: ‘Sesungguhnya ada orang yang menyukai kalau pakaianya itu bagus dan alas kakinya baru.’ Maka Nabi menjawab: ‘Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. (yang dinamakan) sombong ialah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain’.” (HR Muslim).

Hiqd (Jengkel)

Sifat jengkel adalah sifat dongkol atau kesal yang muncul akibat adanya keadaan yang tidak sesuai. Dalam kamus disebutkan bahwa jengkel adalah ungkapan yang timbul dari hati, yang di akibatkan oleh perbuatan seseorang yang menyinggung atau perkataan yang tidak disukai yang menyebabkan sakit hati.

Sifat mudah jengkel merupakan sifat yang buruk dan perlu dihindari oleh seorang wanita. Perlu disadari oleh para wanita bahwa mudah jengkel karena hal-hal kecil merupakan hal yang tidak disukai, tidak hanya oleh lelaki melainkan juga orang lain baik laki-laki maupun perempuan. Dengan bawaan sifat yang feminin, kadang perempuan lebih banyak memiliki sifat mudah jengkel daripada lelaki.

Mudah jengkel merupakan kebalikan dari sifat sabar. Kesabaran dalam diri seseorang menjadikannya mampu berpikir jernih pada segala persoalan yang datang pada dirinya. Sebaliknya, mudah jengkel adalah sifat yang tidak sabar dalam menghadapi persoalan sehingga seseorang lebih memilih untuk menonjolkan emosi daripada berpikir bijak untuk menyelesaikan persoalan.

Dengki (Hasad)

Secara bahasa, dengki bisa diartikan sebagai perasaan benci yang berlebihan ketika melihat kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada orang lain dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan tersebut. Imam Ghazali menjelaskan bahwa hasad ialah membenci nikmat Allah Swt. yang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut.

Perempuan yang memiliki sifat iri hati seringkali mudah dendam kepada orang lain. Ia akan jauh dari perasaan cinta kasih dan kebersamaan. Sifat ini bisa jadi berkaitan erat dengan sifat sombong karena ia merasa hanya dirinyalah yang harus memiliki kenikmatan tersebut.

Meskipun dengki ini buruk, tetapi tidak semuanya sifat dengki negatif. Rasulullah Saw. dalam sebuah hadis menjelaskan:
لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتاَهُ اللهُ مَالاً، فَسَلَّطَهُ عَلَى هِلْكَتِهِ فِي الْحَقِّ. وَرَجُلٌ آتاَهُ اللهُ حِكْمَةً، فَهُوَ يَقْضِي بِهَا وَيُعَلِّمُهَا
“Tidak boleh iri hati kecuali dalam 2 hal: 1. Seorang yang diberi oleh Allah Swt. harta kekayaan maka dipergunakan untuk mempertahankan hak (kebenaran) dan 2. Seorang yang diberi Allah Swt. ilmu hikmah, maka ia pergunakan dan ia ajarkan”. (HR. Bukhari).

Dalam hadis diatas jika dipahami secara lebih luas sungguh terlihat bahwa sifat iri dalam hal kebaikan adalah sesuatu yang positif. Artinya seseorang malah dituntut untuk iri terhadap kebaikan yang dilakukan oleh orang lain agar dirinya juga melakukan kebaikan di jalan Allah. Pengertian ini sangat sesuai dengan petunjuk Allah Swt. yang menganjurkan kepada para hamba-Nya untuk berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan.

Mudah Berprasangka Buruk

Su’udhan atau berburuk sangka merupakan salah satu sifat negatif dalam diri manusia dan bisa jadi merupakan tabiat yang manusiawi. Seseorang yang memiliki sifat berburuk sangka cenderung untuk berpikir secara dangkal, kurang bijak, dan lebih mengandalkan emosi atau perasaan saja. Di dalam al-Qur’an disebutkan:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung-jawabannya.” (Qs. Al-Isra’: 36).

Berburuk sangka yang berlebihan akan mendatangkan efek negatif yang lain. Sebaliknya, tumbuhnya berbaik sangka atau husnudhan akan mendatangkan banyak manfaat seperti tumbuhnya cinta kasih antar sesama. Namun bukan berarti kita tidak perlu memiliki prasangka kepada orang lain. Sifat untuk berhati-hati tetap perlu, dalam arti tetap waspada kepada orang lain. Tetapi yang perlu dihindari adalah sifat untuk mengamati orang lain secara berlebihan dengan menonjolkan prasangka negatif kepada orang lain tersebut.

Berkhianat atau Khiyanah

Kata khianat didefinisikan sebagai ingkar janji, yaitu perbuatan mengingkari janji maupun amanat yang telah dibebankan kepada seseorang. Khianat merupakan perbuatan tercela dan menjadi salah satu tanda dari orang munafik. Dalam hadis disebutkan:
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. Jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia berkhianat.” (HR. Bukhari).

Tidak patut bagi laki-laki maupun perempuan untuk berkhianat atas tanggungjawab yang telah dipercayakan kepadanya. Adapun khianat yang dilakukan oleh seorang istri bisa berupa keteledoran dengan sengaja akan amanat yang diberikan kepadanya, seperti mengasuh anak misalnya. Banyak di zaman sekarang ini para ibu teledor untuk memperhatikan anak sehingga anak menjadi nakal. Allah Swt. Memberikan ancaman bagi orang yang khianat akan amanat-amanat yang dibebankan pada dirinya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Qs. Al Anfal: 27).

Punya Sifat Kikir

Kikir adalah keadaan dimana seseorang lebih memilih untuk menahan harta yang seharusnya ia keluarkan. Dengan kata lain, kikir adalah tidak mau mengeluarkan harta yang harusnya dia keluarkan, baik yang berhubungan dengan dirinya, agama maupun kepentingan masyarakat maupun orang lain. Kikir adalah lawan dari dermawan, yaitu sikap untuk mau mengeluarkan harta yang sudah seharusnya dikeluarkan.

Kikir sangat erat hubungannya dengan cinta duniawi, dimana kecintaan terhadap duniawi serta takut akan kemiskinan ini merupakan langkah setan untuk menyesatkan manusia. Dalam al-Qur’an difirmankan:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan (menakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir) sedangkan Allah akan menjanjikan untukmu ampunan darinya dan karunia dan Allah maha luas karunianya dan lagi maha mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah 268).

Sifat kikir ini sangat berpengaruh terhadap kecantikan seorang wanita. Seorang wanita yang cantik akhlaknya akan terhindar dari sifat kikir ini. Tidak patut seorang wanita memiliki sifat kikir ini, terlebih kepada suami, anak, dan keluarga. Sifat kikir ini tentu didasari akan rasa takut pada kemiskinan dan tidak percaya akan adanya Allah yang senantiasa memberikan rezeki kepada hambanya.

Tidak hanya akan merugi di dunia karena ia dijauhi oleh manusia, seseorang yang kikir dan bakhil akan mendapatkan kerugian di akhirat kelak. Sifat kikir dan gila hartalah yang membuat manusia seperti Fir’aun, Qarun, dan masyarakat jahiliah merasakan azab Allah yang maha dahsyat. Secara rinci Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa kikir merupakan salah satu sifat buruk yang dapat menyeret seseorang untuk masuk ke dalam neraka.

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا هِيَ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالشُّحُّ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ
“Rasulullah Saw. bersabda, ‘Jauhilah tujuh kehancuran yang dapat menimpa kalian.’ Lalu (sahabat) bertanya, ‘Apakah itu wahai Rasulullah?’ Lalu beliau menjawab, ‘Menyekutukan Allah, kikir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan, menuduh zina wanita mukminat yang suci.” (HR. Al-Nasa`i).

Suka Ingkar

Jika khiyanah lebih condong kepada mengingkari amanah, maka ingkar di sini adalah sikap cenderung mengingkari kenyataan yang sebenarnya adalah fakta. Misalnya seorang istri yang berkata kepada suaminya, “Sungguh dirimu tidak pernah membuatku bahagia.” Padahal kenyataannya suami tersebut senantiasa berusaha untuk membahagiakan sang istri.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda:
وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“‘Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita.’ Sahabat pun bertanya, ‘Mengapa (demikian) wahai Rasulullah Saw.?’ Beliau Saw. menjawab, ‘Karena kekufuran mereka.’ Kemudian ditanya lagi, ‘Apakah mereka kufur kepada Allah?’ Beliau menjawab, ‘Mereka kufur terhadap suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari).

Setiap orang pasti memiliki kekurangan. Begitu seorang suami. Dalam persoalan ini tentu kesadaran dari seorang istri diperlukan untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Keluarga yang baik adalah keluarga yang saling menutupi segala kekurangan. Seorang istri yang bersyukur atas segala karunia yang diperoleh seorang suami adalah wanita yang memiliki kecantikan pribadi yang luar biasa. Seorang istri yang mampu menghargai jerih payah suami yang bekerja keras memenuhi kebutuhan keluarga adalah istri dambaan dunia dan akhirat.

Perlu disadari bagi para istri bahwa berapa pun rezeki yang diperoleh oleh sang suami, itu adalah rezeki yang patut disyukuri. Yang penting adalah cara dalam memperoleh rezekinya itu halal dan suami sudah bekerja keras untuk mendapatkan rezeki. Dengan bersyukur inilah pasti Allah Swt. akan memberi kecukupan dalam hidup. Hal ini lebih baik daripada sering mengeluh, bahkan mengingkari kebaikan suami sehingga menimbulkan keburukan-keburukan yang lain.

Mengumbar Ucapan Buruk

Keburukan lainnya yang dapat menghilangkan kecantikan perempuan adalah suka mengumbar ucapan dengan berkata buruk atau mengumbar aib orang lain. Tidaklah patut bagi seorang wanita salihah mengumbar mulutnya untuk berkata buruk, atau pun mengumbar aib yang seharusnya ia tutupi. Dalam sebuah hadis disebutkan:

مَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupi (aib)-nya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim).

Terlebih aib yang ada pada keluarga maupun suaminya, hendaknya seorang wanita ataupun istri berusaha untuk menutupinya agar tidak menjadi konsumsi publik. Kecuali ia berkonsultasi kepada ahli ataupun orang yang expert pada masalah yang dihadapinya.

Kecantikan seorang perempuan terlihat dari kesantunan dan gaya bicara bagus. Abdullah bin Mubarak memberi isyarat bahwa setiap orang yang tidak bisa menahan ucapannya dan mudah mengadu domba termasuk anak zina, atau dalam bahasa Arab disebut dengan istilah “zanim”. Contoh pribadi buruk seorang perempuan yang suka mengumbar ucapan dan mengadu domba adalah istri Abu Lahab. 

Post a Comment