Tadi sore saat aku menemani Afqa bermain di halaman depan rumah seberang jalan, ada Ibu Aisye yang memanggil Afqa dari balkon rumahnya. Dia tinggal di lantai 3. Afqa hai, gimana kabarnya? Begitu katanya.
Afqa pun sambil malu-malu bilang, iyiyim aku baik baik saja. Lalu bu Aisye itu bilang, "Gimana bajunya tadi Afqa? cocok kan ukurannya? Kalau tak cocok kasihkan adikmu aja besok nanti aku belikan lagi." Afqa bilang, "Bajunya cocok dan bagus".
Bu Aisye itu pun bilang "Ya sudah ya lanjut-main-mainnya.
Ibu Aisye adalah tetanga kami. Dulu saat pertamakali ketemu tiba-tiba datang dan memberikan permen dan coklat kepada Afqa di rumah. Tingtung, ada bel bunyi. Kirain siapa, pas aku buka ternyata bu Aisye. Lalu ada plastik di tangannya berisi coklat dan permen yang diberikan kepada Afqa.
Pernah juga pas Afqa bermain di halaman rumahnya, bu Aisye dari balkol lantai tiga teriak-teriak, Afqa, langsung dilempar beberapa permen. Afqa pun dengan senangnya mengambil permen-permen yang jatuh tak beraturan itu dan memasukkan ke dalam saku celananya.
Beberapa hari kemarin aku menemani Afqa bermain depan rumah. Ternyata bu Aisye itu tahu kalau Afqa lagi bermain. Dia pun datang dan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Ada kacang-kacangan cemilan khas Turki dikasihkan kepada Afqa.
Dia pun lalu pergi ke arahku menawarkan kacang itu. Bu Aisye membawa handphone dan bilang. "Aku punya kenalan saat haji dulu. Sampai sekarang masih kontak-kontakan." Dia pun menunjukkan kenalannya itu. Seorang perempuan yang umurnya mungkin sama dengan bu Aisye.
"Dia ngirim pesan suara. Ini dia bilang apa ya?" Tanyanya padaku sambil muterin suara dari pesan di hp nya. Ada suara kawannya itu ngomong dengan bahasa yang tidak aku paham. Bu Aisye pun bilang, kamu paham kan apa yang dia omongin?"
Aku menjawab, "Itu bukan orang Indonesia. Mungkin orang Cina karena ada tulisan Cina di sana." Begitu kataku.
Lho, bukan dari negaramu ya? Kata bu Aisye. "Bukan, kami mirip saja tapi itu bukan orang Indonesia" Begitu kataku.
Memang orang Turki sering tak bisa membedakan orang dari negara mana dia berasal. Sedikit mirip saja sudah dibilang itu dari negara sana, itu dari negara sini. Aku pun sering dibilang dari Afganistan.
Bu Aisye lalu bercerita, "Itu temanku waktu kenal saat haji. Sampai sekarang aku masih kontak-kontakan sama dia, tapi tak paham bahasanya. Dulu saat di haji kita tinggal bersama satu tempat selama 15 hari. Selama itu pun kami tak bisa ngomong satu dengan yang lain. Dia entah bilang apa aku bilang apa sama-sama tak paham."
Bu Aisye itu pun bilang "Ya sudah ya lanjut-main-mainnya.
Ibu Aisye adalah tetanga kami. Dulu saat pertamakali ketemu tiba-tiba datang dan memberikan permen dan coklat kepada Afqa di rumah. Tingtung, ada bel bunyi. Kirain siapa, pas aku buka ternyata bu Aisye. Lalu ada plastik di tangannya berisi coklat dan permen yang diberikan kepada Afqa.
Pernah juga pas Afqa bermain di halaman rumahnya, bu Aisye dari balkol lantai tiga teriak-teriak, Afqa, langsung dilempar beberapa permen. Afqa pun dengan senangnya mengambil permen-permen yang jatuh tak beraturan itu dan memasukkan ke dalam saku celananya.
Beberapa hari kemarin aku menemani Afqa bermain depan rumah. Ternyata bu Aisye itu tahu kalau Afqa lagi bermain. Dia pun datang dan mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Ada kacang-kacangan cemilan khas Turki dikasihkan kepada Afqa.
Dia pun lalu pergi ke arahku menawarkan kacang itu. Bu Aisye membawa handphone dan bilang. "Aku punya kenalan saat haji dulu. Sampai sekarang masih kontak-kontakan." Dia pun menunjukkan kenalannya itu. Seorang perempuan yang umurnya mungkin sama dengan bu Aisye.
"Dia ngirim pesan suara. Ini dia bilang apa ya?" Tanyanya padaku sambil muterin suara dari pesan di hp nya. Ada suara kawannya itu ngomong dengan bahasa yang tidak aku paham. Bu Aisye pun bilang, kamu paham kan apa yang dia omongin?"
Aku menjawab, "Itu bukan orang Indonesia. Mungkin orang Cina karena ada tulisan Cina di sana." Begitu kataku.
Lho, bukan dari negaramu ya? Kata bu Aisye. "Bukan, kami mirip saja tapi itu bukan orang Indonesia" Begitu kataku.
Memang orang Turki sering tak bisa membedakan orang dari negara mana dia berasal. Sedikit mirip saja sudah dibilang itu dari negara sana, itu dari negara sini. Aku pun sering dibilang dari Afganistan.
Bu Aisye lalu bercerita, "Itu temanku waktu kenal saat haji. Sampai sekarang aku masih kontak-kontakan sama dia, tapi tak paham bahasanya. Dulu saat di haji kita tinggal bersama satu tempat selama 15 hari. Selama itu pun kami tak bisa ngomong satu dengan yang lain. Dia entah bilang apa aku bilang apa sama-sama tak paham."
Ini adalah salah satu manfaat dari haji. Ibadah yang termasuk rukun Islam terakhir ini wajib dilakukan bagi muslim yang memiliki kemampuan. Baik mampu dalam hal fisik, uang saku dan amannya perjalanan.
Ibadah Haji menyatukan umat Islam sedunia. Mereka jadi saling mengenal antara satu dengan yang lain. Ibadah haji adalah sarana terbaik untuk saling bertemu dan bersilaturahim sesama umat Islam sedunia.
Oleh karenanyalah dulu Belanda saat menjajah Nusantara, umat Islam dipersulit bahkan dilarang untuk pergi Haji. Karena Haji adalah pintu menuju kemerdekaan. Dengan berhaji umat Islam akan bertukar kabar dan saling bertukar pikiran.
Dengan haji itulah kita sadar tentang perpolitikan para penjajah sehingga gerakan-gerakan kemerdekaan pun banyak dikobarkan oleh orang-orang revolusioner. Di mana orang-orang dan para pahlawan revolusi itu kebanyakan pernah ke luar Nusantara dan belajar tentang kebangkitan dan kemerdekaan.
Post a Comment