Cantik Hakiki yang Abadi dari Seorang Wanita
Manusia memiliki sifat positif yang cenderung mengajak kepada kebaikan dan sifat negatif yang dipenuhi dengan nafsu yang senantiasa mengajak kepada kemungkaran. Manusia diberi kebebasan yang berpotensi sepadan dalam mengerjakan kebaikan maupun kemungkaran. Ia diberi akal pikiran untuk mampu menimbang dimana kebaikan yang perlu dikerjakan dan keburukan yang harus ditinggalkan. Allah dengan sifat Maha Pemurah, juga memberikan petunjuk atas kebaikan-kebaikan yang harus dikerjakan oleh manusia.img maxpixel.net |
Begitu pula dalam hal kecantikan perempuan, di tengah-tengah banyaknya kriteria cantik, dimana seseorang bisa saja menggunakan penilaian cantik yang negatif, Allah memberikan petunjuk secara sempurna tentang bagaimana gambaran cantik menurut petunjuk-Nya. Orang bisa saja berpikir bahwa cantik berarti memperlihatkan kemolekan dan ke-seksi-an tubuh yang mampu mengundang syahwat. Kecantikan bisa saja dipandang dengan paras yang indah, atau bahkan tubuh atau wajah yang dirubah sedemikian rupa dengan hiasan tato, tindik maupun sejenisnya yang bersifat merusak tubuh.
Dalam pandangan Islam, kecantikan tidak hanya dinilai dari segi zahir saja. Ada cukup banyak variable dalam menentukan kecantikan yang mengarah pada aturan-aturan umum. Kecantikan dalam Islam tidak hanya dipandang dari kecantikan sesaat, yang hanya fana dalam kehidupan dunia. Tidaklah demikian! Cantik dalam Islam merupakan penilaian cantik yang didasarkan pada keimanan akan pentingnya kehidupan dunia dan akhirat.
Pemahaman tentang cantik hakiki dalam Islam ini akan mengarahkan kita pada pandangan bahwa cantik itu tidak hanya di dunia belaka. Kita juga harus memperhatikan bagaimana keadaan kita di akhirat kelak. Apakah kita termasuk orang yang mempercantik diri untuk kehidupan akhirat atau tidak. Dengan mempertimbangkan amal salih, berarti kita berusaha mencapai cantik hakiki, cantik dunia dan akhirat, sebagaimana disinggung oleh Rasulullah tentang kecantikan penduduk surga dalam hadis Anas bin Malik Ra., berikut:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَسُوقًا يَأْتُونَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ فَتَهُبُّ رِيحُ الشَّمَالِ فَتَحْثُو فِي وُجُوهِهِمْ وَثِيَابِهِمْ فَيَزْدَادُونَ حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَرْجِعُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ وَقَدْ ازْدَادُوا حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَقُولُ لَهُمْ أَهْلُوهُمْ وَاللَّهِ لَقَدْ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا فَيَقُولُونَ وَأَنْتُمْ وَاللَّهِ لَقَدْ ازْدَدْتُمْ بَعْدَنَا حُسْنًا وَجَمَالًا.
"Sesungguhnya di surga ada pasar yang selalu dikunjungi para penghuninya setiap hari Jumat. Tiba-tiba bertiuplah angin dari arah utara yang menerpa wajah dan pakaian mereka hingga rupa mereka akan semakin bertambah cantik. Setelah itu mereka kembali pulang ke keluarga mereka dengan rupa dan penampilan yang semakin cantik. Keluarga mereka berkata, ‘Demi Allah, kamu semakin bertambah cantik dan menawan.’ Mereka menjawab, "Demi Allah, kamu juga semakin bertambah cantik dan menawan setelah kami tinggal pergi." (HR. Muslim).
Begitulah gambaran kecantikan hakiki, dengan paduan memperhatikan kecantikan dunia dan akhirat. Apa gunanya jika cantik hanya di dunia dan di akhirat mendapatkan siksa? Begitulah kiranya konsep kecantikan yang hakiki, dimana seorang muslim hendaknya memperhatikan betul petunjuk Allah untuk mendapatkan hidup berkah baik di dunia maupun di akhirat.
Kriteria Wanita Cantik Hakiki
Pepatah mengatakan, semua yang ada di dunia tidak ada sesuatu yang abadi. Semua yang ada di dunia pasti akan rusak. Begitulah uraian sederhana untuk menggambarkan sifat dunia. Begitu pula dalam hal kecantikan, jika seseorang memandang bahwa cantik itu hanyalah dalam segi fisik saja, maka kecantikan itu pasti pudar seiring dengan bertambahnya umur. Apapun usaha seorang wanita untuk mendapatkan kecantikan fisik yang abadi, tentu akan sia-sia karena telah menjadi kodrat duniawi, bahwa semua yang ada di dunia akan fana.Hanya satu kehidupan yang kekal, yaitu kehidupan akhirat. Kehidupan dimana seseorang mendapatkan balasan atas segala perbuatan yang dilakukan ketika di dunia. Dengan keyakinan seperti ini, maka seorang wanita perlu bersyukur karena memiliki kesempatan yang setara untuk mendapatkan kecantikan abadi di akhirat kelak. Cukup banyak wanita yang terlena dengan kehidupan duniawi, dimana wanita diciptakan secara berbeda, ada yang berparas cantik dan ada pula yang sebaliknya. Karena terlena dan lupa akan ujian Allah inilah seringkali membuat wanita tidak bersyukur dengan cara merubah fisik yang secara syar’i tidak diperlukan.
Pada hakikatnya, Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Qs. Al-Tin: 4).
Ibnu Jarir al-Thabari dalam tafsirnya mengatakan bahwa sebagian ta’wil dari ayat di atas adalah Allah Ta’ala telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya penciptaan dan sebaik-baiknya rupa. Artinya manusia bagaimanapun bentuknya telah diciptakan dengan kesempurnaan yang luar biasa, yang tidak diperoleh oleh makhluk lainnya. Akan tetapi dengan kesempurnaan itu, jika manusia tidak bisa mensyukurinya, ia akan menuai kerugian sebagaimana disinggung oleh ayat berikutnya:
ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)” (Qs. Al-Tin: 4).
Apakah kecantikan fisik itu segalanya? Kenyataannya kebahagiaan pada kecantikan tidak melulu ada pada kecantikan fisik. Berapa banyak orang yang berpandangan bahwa kecantikan fisik adalah segalanya dan mampu mendatangkan kebahagiaan? Faktanya seperti para pasangan artis dan selebriti, yang perempuan sangat cantik dan yang laki-laki tentu sangat ganteng. Kehidupan mereka secara kasatmata termasuk di atas standar dalam aspek ekonomi. Tapi bagaimana kenyataannya? Seringkali media memberitakan kasus perceraian pasangan selebriti yang seharusnya mereka mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian dengan kesempurnaan yang mereka miliki.
Itulah sifat manusia yang senantiasa memandang indah duniawi, tetapi nyatanya tidak seperti yang dibayangkan. Semua hal yang terlihat indah di dunia, tidaklah senyatanya indah. Sesuatu yang seharusnya dapat membahagiakan seseorang karena kecantikan maupun harta melimpah ternyata tidak dapat mendatangkan kebahagiaan. Oleh karenanya, sangat bijak jika kita berusaha untuk memahami petunjuk Allah dan Rasul-Nya secara tepat untuk kebahagiaan dunia dan akhirat, termasuk dalam hal kecantikan ini. Lalu bagaimanakah kecantikan wanita yang terdapat dalam petunjuk Islam?
Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Dikawini wanita karena empat sebab: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka carilah yang kuat beragama niscaya kamu bertuah (beruntung).” (HR. Bukhari).
Dalam hadis di atas ada standar kecantikan sebagai pilihan dalam pernikahan, sebagai petunjuk bagi kaum lelaki untuk menentukan pilihan terhadap pasangannya. Adapun standar sebagai tolak ukur untuk menentukan pasangan pernikahan di antaranya adalah berdasarkan harta, garis nasab atau keturunan, paras yang cantik dan agama. Rasulullah Saw. menuntun untuk memilih pasangan berdasarkan agama. Mengapa demikian? Karena dengan agama yang kuat, seorang istri dapat tampil cantik menawan secara sempurna. Cantik sempurna berdasarkan standar cantik abadi, dengan menonjolkan sisi cantik kepribadian beserta usaha untuk mempercantik fisik sebagaimana diterangkan lebih lanjut dalam buku ini.
Seringkali seseorang tidak memperhatikan hal ini, karena pernikahan yang didasarkan pada nafsu kecantikan fisik maupun nafsu harta duniawi semata. Padahal tujuan pernikahan adalah untuk menjalin rumah tangga yang baik, yang tidak dapat dirajut karena dasar hawa nafsu belaka. Memilih pasangan karena keindahan fisik menciptakan hubungan yang tidak abadi karena dengan hilangnya keindahan fisik itu, maka pudarlah hubungan yang dirajut.
Perubahan terhadap mindset cantik inilah yang perlu kita rubah. Perubahan terhadap pandangan bahwa cantiknya wanita itu adalah berdasarkan rupa fisik semata dengan rumus tubuh ramping, pinggang seksi, bibir kecil, kulit putih dan lain sebagainya menjadi cantik yang menyeluruh. Bukan seperti itu. Bahwa cantik yang abadi adalah paduan dari cantik berdasarkan fisik dan cantik berdasarkan kepribadian dan agama. Cantik inilah yang mampu mendatangkan kebahagiaan yang abadi.
Post a Comment