Dalam tulisan ini saya akan membahas tentang cara menghafal mudah dan kita menghafal efektif. Saya menggunakan latarbelakang santri dan pesantren dalam tulisan ini karena tulisan ini adalah bagian dari buku tentang cara sukses di pesantren. Namun kiat ini pun dapat dipraktikkan untuk belajar di sekolah maupun di perguruan tinggi.
img kanalaceh.com

Cara Menghafal Mudah dan Kiat Mengafal Efektif

Tradisi pesantren tidak lepas dari tradisi menghafal. Sebagaimana pada zaman Nabi, tongkat estafet tradisi menghafal mengakar kuat sebagai salah satu metode untuk mempelajari dan menguasai ilmu pengetahuan. Sejak awal turunnya al-Qur’an, Nabi menyuruh para sahabat untuk menghafal dan mencatatnya. Dari waktu ke waktu, dari masa ke masa, tradisi menghafal menjadi pokok penting untuk mendalami ilmu sebagaimana sekarang ini masih eksis dan dapat ditemukan di berbagai pesantren. Menghafal termasuk hal yang sangat penting bagi seorang penuntut ilmu karena salah satu cara untuk meraih ilmu dan memantapkannya dalam hati adalah dengan menghafal.

Materi yang dihafal pun bermacam-macam. Mulai dari al-Qur’an, hadis, kitab-kitab tertentu, sampai kitab yang berbentuk bait atau nazham seperti Kitab al-‘Imrithi, al-Fiyyah, al-Maqshud, dan lain sebagainya. Salah satu tujuan menghafal adalah agar ilmu menancap kuat di dalam hati, karena yang dinamakan ilmu adalah di hati, bukan di dalam tulisan. Berdasarkan nilai inilah, santri dituntut untuk menghafal beberapa materi pelajaran yang ada di pesantren.

Salah satu metode untuk menguasai ilmu secara komprehensif adalah dengan menghafal kitab pokok dari masing-masing bidang ilmu. Semisal untuk ilmu nahwu, maka memiliki hafalan Nadhzam Imrithi, untuk ilmu Sharaf memiliki hafalan Nadham Maqsud, kitab Arba’in Nawawi untuk materi hadis, Matan Taqrib untuk materi fiqih, ‘Aqidah al-‘Awwam untuk penguasaan materi akidah. Menurut survei berkala serta pengalaman pribadi penulis, dengan menghafal materi kitab, akan lebih mudah untuk memahami isi kitab sekaligus mudah untuk mengingat dan menancapkannya dalam hati.

Tetapi terkadang, atau bahkan sering kali kita mengeluh ketika kita diberi beban untuk menghafal materi. Dari sekian banyak mata pelajaran, kita masih dituntut untuk menghafal sesuai dengan tingkatan kelas, seperti nadham Imrithi yang jumlahnya dalam kitab disebutkan ‘seperempat-nya seribu’ bait (tepatnya 254 bait). Nadham Alfiyyah yang jumlahnya sampai 1002 bait. Butuh ketekunan dan kegigihan agar santri dapat berhasil menghafal semua beban hafalan. Kadang karena salah metode, kita jadi tidak mampu menghafal dan akhirnya tidak sanggup lagi meneruskan hafalan. Padahal, kita juga harus tahu metode dan kunci menghafal agar dapat lancar menguasai semua materi yang harus dihafal.

Faktor Dasar Yang Berpengaruh Terhadap Hafalan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menghafal. Di antaranya adalah, pertama: faktor usia. Menurut teori, usia anak-anak atau remaja merupakan usia yang ideal untuk menghafal. Sebagaimana kata pepatah “belajar di masa kecil seperti mengukir diatas batu. Sedangkan belajar di masa tua ibarat mengukir di atas pantai.” Kedua: kecerdasan. Ada beberapa orang yang tergolong tipe orang cerdas. Sekali dengar langsung hafal sekaligus paham seperti Imam Bukhari dan Imam Syafi’i. ada juga tipe orang yang hafalnya standar, di ulang lima sampai sepuluh kali baru hafal dan paham. Tetapi ada juga tipe orang yang diulang sampai beberapa kali pun tidak hafal-hafal.

Ketiga: keseriusan dan disiplin. Orang bijak mengatakan, orang kecerdasannya pas-pasan tetapi disiplin dan istiqomah lebih baik daripada orang cerdas tetapi tidak disiplin. Menghafal menuntut adanya disiplin tinggi. Dan sejauh kita berdisiplin diri, sejauh itulah kita dapat memperoleh target hafalan. Prof. Dr. Muhammad Chirzin, seorang dosen studi Qur’an mengatakan bahwa keberhasilan itu menuntut 1 persen bakat, dan 99 persen keuletan. Keuletan merupakan kunci segala keberhasilan, disamping faktor kecerdasan dan umur.

Penunjang Kuatnya Hafalan

Mental, keberanian, dan lingkungan juga memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan menghafal seseorang. Pernyataan ini penulis peroleh berdasarkan pengalaman yang penulis peroleh di pesantren. Jika kita hidup dilingkungan yang ‘kurang’ dalam tradisi menghafal, rasanya akan sulit untuk menghafal satu bait nadham dalam sehari. Pernah kondisi ini penulis alami saat pertama kali nyantri karena memang di lingkungan rumah asal tidak ada tradisi menghafal, kecuali doa-doa, bacaan shalat dan surah pendek yang diajarkan di lembaga TPA dan sekolah-sekolah. Kaget plus rada pusing disuruh menghafal bait kitab Syifa’ al-Jinan yang berbicara tentang ilmu tajwid (tata cara baca al-Qur’an yang baik dan benar) yang hanya berjumlah 42 bait saja.

Tetapi penulis tambah tercengang ketika melihat kenyataan bahwa teman-teman ternyata banyak yang sudah hafal, bahkan sebelum nyantri sudah hafal dari rumah. Lalu terbesit dalam pikiran, kita ini adalah sama-sama manusia, tetapi kenapa mereka bisa hafal sedangkan aku sendiri kesulitan. Padahal, banyak di antara mereka yang sudah hafal, secara intelektual dan pengetahuan masih berada dibawah kita. Hal inilah yang perlu kita sadari, ada yang salah dalam mental dan keberanian yang diakibatkan oleh lingkungan.

Bagi lingkungan yang menganggap menghafal adalah hal yang ‘tabu’, maka, materi sedikit akan jadi sulit. Berbeda dengan oknum ber-mental yang menganggap hafalan sebagai sesuatu yang biasa saja, maka mereka dapat dengan mudah menghafal. Sama-sama makan nasi, sama-sama minum air, sama juga butuh tidur, tetapi berbeda dalam kapasitas menghafal. Hanya karena mentalitas dan keberanian yang dibentuk oleh lingkungan. Menyadari dan merenungi hal ini, penulis merasakan kekuatan yang luar biasa. Segala jenis hafalan bisa diraih dengan mudah dan gampang tanpa takut kesulitan dalam menghafal.

Syaikh az-Zarnuji, pengarang kitab Ta’lim al-Muta’allim: Thariq al-Ta’allum yang dikenal luas di lingkungan pesantren, dalam bab فيما يورث الحفظ وفيما يورث النسيان (perkara penyebab hafal dan penyebab lupa) menjelaskan beberapa tips yang mendukung kuatnya hafalan serta penyebab lupa. Beliau berkata, penyebab hafal yang paling kuat adalah sungguh-sungguh dan kontinyu (istiqomah). Berikutnya adalah menyedikitkan porsi makan, rajin shalat malam, dan banyak membaca al-Qur’an dengan melihat tulisaannya (tidak dengan hafalan).

Poin berikutnya adalah membiasakan diri setiap kali mengangkat buku atau kitab pelajaran untuk dihafal dengan membaca doa:
بسم الله وسبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله، والله اكبر، لا حول ولا قوة إلا بالله العلى العظيم العزيز العليم، عدد كل حرف كتب ويكتب أبد الآبدين ودهر الداهرين.
“Bismillaahi wa subhaanallaahi wal hamdu lillaahi wa laa ilaa ha illallaahu wallaahu akbar wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'adhiim. al- 'aziizil 'aliim ‘adada kulli harfin kutiba wa yuktabu abadal abidina wa dahraddahirina.” Artinya: "Dengan menyebut nama Allah, Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah dan Allah Mahabesar, tiada daya dan kekuatan melainkan dari Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Agung, Maha Mulia, dan Maha Mengetahui, sebanyak hitungan huruf yang telah ditulis dan akan ditulis selama-lamanya dan sepanjang masa."

Dan Setelah selesai belajar atau menghafal membaca doa:
آمنت بالله الواحد الأحد الحق، وحده لا شريك له، وكفرت بما سواه.
“Amantu billahi al-wahidil haqqi, wahdahu, la syarikalahu, wakafartu bima siwahu.” Artinya: “Aku beriman kepada Allah yang Esa dan yang Haqq. Allah Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku ingkar dengan selain Allah.”

Sering membaca shalawat kepada Nabi juga mampu menumbuhkan kekuatan hafalan. Selain itu, menghindari maksiat juga menjadi faktor yang berpengaruh pada hafalan seseorang. Imam Syafi’i pernah mengeluh kepada gurunya, “Aku mengadukan buruknya hafalanku kepada Syaikh Waqi’, beliau menunjukkan padaku untuk menhindari maksiat. Hafalan adalah anugerah Allah, dan anugerah-Nya tidak diberikan kepada ahli maksiat.”

Sedangkan, beberapa hal yang menyebabkan lupa versi Syaikh az-Zarnuji di antaranya adalah, terlalu banyak maksiat dan dosa, sering susah dan bersedih memikirkan perkara duniawi, dan terlalu sibuk (dengan perkara yang tidak berguna). Shalat secara khusu’ dan sibuk belajar mampu mengatasi problem susah dan bersedih memikirkan dunia. Begitulah beberapa kiat berhasil dalam memaksimalkan hafalan versi Syaikh az-Zarnuji.

Metode Menghafal dan Mempertahankan Hafalan

Ada beberapa catatan yang penting diperhatikan dalam metode menghafal. Metode menghafal hanyalah merupakan saran tentang bagaimana cara menghafal dan menjaga hafalan. Jadi yang menentukan hafal tidaknya adalah tetap tergantung pada ketekunan dan keuletan masing-masing individu. Banyak sekali metode menghafal, tergantung bagaimana masing-masing diri kita memilih metode yang sesuai diri kita masing-masing.

Menghafal tepat membutuhkan beberapa strategi kompleks. Mulai dari perencanaan sampai target materi yang dihafal. Hal ini memang perlu karena sesuatu yang terencana akan lebih baik daripada tidak terencana. Ingat, ”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi”.

Pertama-tama, tentukan kitab yang anda hafal, misalkan Alfiyah karangan Ibnu Malik. Kemudian tanamkan komitmen dalam diri anda bahwa anda akan serius, kontinyu, dan berusaha penuh untuk menyelesaikan hafalan. Apapun yang terjadi, anda akan tetap berusaha untuk meneruskan hafalan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya demi kesuksesan anda. Dan anda akan menyesal seumur hidup jika tidak menepati komitmen anda.

Setelah itu, usahakan memiliki kitab sendiri untuk dijadikan bahan hafalan, dan yang terpenting adalah tidak berganti-ganti kitab karena hafalan (tanpa memahami) itu biasanya tergantung pada tata letak tulisan. Jika berganti kitab yang berbeda bentuk, maka cukup sulit untuk memantapkan hafalan. Selanjutnya hendaknya membuat jadwal harian, semisal pagi menghafal, siang memantapkan hafalan, dan sore atau malam hari mengulangi hafalan (muraja’ah) dari awal bait. Jadwal ini dibuat untuk dipatuhi, dan disusun sesuai dengan kesibukan dan agenda acara masing-masing individu.

Tentukan target, seberapa lama anda ingin mengkhatamkan hafalan Alfiyyah yang jumlah baitnya mencapai 1002 itu? Apakah setahun, dua tahun, tiga tahun? Cukup mudah jika anda menargetnya dengan menambah hafalan 5 bait dalam satu haru secara kontinyu. Maka jika dikalkulasikan, 5 bait dalam satu bulan (30 hari) adalah 150 bait. Untuk menghabiskan 1002 bait, cukup membagi bilangan 1002 dengan 150 (1002:50= 6.68). Berarti hanya membutuhkan sekitar 7 bulan-an untuk mengkhatamkan kitab Alfiyyah. Bagaimana dengan kitab yang jumlah baitnya hanya 300, sampai 500 saja?. Bayangkan jika kemampuan kita dalam sehari bisa menghafal 10 bait. Coba kita renungkan bersama.

Waktu-waktu yang paling sesuai untuk menambah hafalan adalah pagi hari (sebelum atau selepas subuh) dan setelah bangun tidur. Hal ini dikarenakan otak kita masih fressh, belum terjamah atau disibukkan untuk memikirkan masalah lain. Dan biasanya konsentrasi pikiran akan lebih fokus jika berada ditempat yang sunyi dan sepi, jauh dari keramaian. Menurut survei pada beberapa santri, jumlah 5 bait untuk dihafal membutuhkan waktu standar berkisar 15 menit sampai 20 menit. Bahkan banyak juga santri yang bisa lebih cepat dari waktu tersebut. Kuncinya adalah konsentrasi dan waktu yang tepat.

Salah satu cara menambah hafalan adalah dengan membaca bait pertama (katakanlah bait 1) sampai hafal, kemudian jika telah hafal, diteruskan bait berikutnya (bait 2). Jika bait 2 sudah dihafal, maka diulang membaca bait 1 dan bait 2 tanpa melihat. Setelah yakin hafal dua bait (1 dan 2), maka konsentrasikan untuk menghafal bait 3 sampai hafal. Setelah hafal bait 3, lakukan persis seperti cara sebelumnya, yaitu mengulang bacaan bait 1 sampai bait 3 tanpa melihat. Jika dalam mengulang bait 1 atau 2 lupa, maka diulang-ulang membaca bait-bait tersebut sampai 3 bait dihafal lancar. Baru setelah lancar membaca 3 bait tanpa melihat kitab, maka diteruskan dengan bait setelahnya, dan seterusnya sampai batasan kita menghafal. Supaya lebih efektif, berilah tanda untuk setiap lima bait dengan bollpoint atau spidol berupa bilangan kelipatan lima dan garis bawah atau biasa disebut underline (opsional: tergantung minat).

Metode untuk mengulang (muraja’ah) juga harus diperhatikan agar hafalan yang sudah dimiliki tidak hilang begitu saja. Caranya sesuai dengan penjelasan sebelumnya, yaitu membuat jadwal yang harus dipatuhi, apapun yang terjadi. Salah seorang guru penulis yang pernah nyantri di Hadhramaut memberikan nasehat tentang cara efektif mengulang hafalan. Bahwa mengulang tidak boleh dengan sendirian, tetapi harus ada teman yang menyimak. Terutama ketika menghafal al-Qur’an. Hal ini dikarenakan, hafalan yang kita susun belum tentu benar bacaannya, sehingga jika ada yang salah bisa langsung dibenarkan oleh teman yang menyimak. Kalau dari awal tidak dibenarkan, dan hafalan sudah melekat, jika ada yang salah sulit untuk dibenahi. Biasanya dipesantren ada sistem muraja’ah bersama yang biasanya disebut dengan ‘lalaran’ atau ‘nadhoman’. Sistem ini dipraktekkan dengan cara beberapa santri memutar membentuk halaqah dan melantunkan bacaan hafalan bersama dalam sebuah lagu.

Ada juga model muraja’ah yang termaksimalkan di setiap saat. Misal sambil perjalanan, duduk, atau bersantai sambil ‘umik-umik’ (bahasa Jawa: menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara) mengulang-ulang hafalan sampi benar-benar hafal. Bahkan ada juga model santri Jawa Timuran yang sambil sepak bola, panen di sawah dan kegiatan lainnya sambil muraja’ah. Yang penting tidak muraja’ah sambil mandi.

"Kemajuan adalah ibarat gelombang. Kalau kita diam saja, pasti kita akan tenggelam. Agar tak tersedot arus pusaran, kita harus terus bergerak" Harold Mayfield

Post a Comment